Selasa, 26 April 2016

Sejarah, Penjelasan, Keterangan Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Penjelasan rumah adat Selaso Jatuh Kembar Asal daerah Riau SumateraRumah tradisional masyarakat Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bentuk bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah ini hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya sama, dan memiliki ukiran melayu seperti selembayung, lebah bergayut, pucuk rebung dll. Selaso jatuh kembar sendiri bermakna rumah yang memiliki dua selasar (selaso, salaso) yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah.

Sejarah Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Sejarah Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar


Asal Usul

Pada tahun 1971, pemerintah pusat hendak membangun TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dan tiap-tiap daerah harus menentukan satu jenis rumah adat untuk dibuatkan Anjungan rumah adat sebagai representasi resmi rumah adat di daerah propinsi tersebut.

Saat itu Gubernur Riau adalah Arifin Ahmad membentuk tim 9 yang terdiri dari budayawan dan pemikir Melayu. Tim 9 ini bertugas untuk mendesain dan membuat Rumah Adat Riau dengan melakukan riset keliling Riau. Kemudian lahirlah sebuah arsitektur rumah adat Riau dengan nama Selaso Jatuh Kembar. Kemudian Rumah Selaso Jatuh Kembar dipopulerkan dan ditetapkan oleh Gubernur Riau Imam Munandar sebagai Rumah Adat kebudayaan masyarakat Riau.

Rumah Selaso Jatuh Kembar adalah sejenis bangunan berbentuk rumah (dilingkupi dinding, berpintu dan jendela) tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat karena tidak memiliki serambi atau kamar.

Denah rumah Selaso Jatuh Kembar hanya memiliki Selasar di bagian depan. Tengah rumah pada bagian tengah dengan bersekat papan antara selasar dan telo. Kemudian bentuk rumah mengecil pada bagian telo yang berguna sebagai tempat makan, dll. Dan pada bagian belakang terdapat dapur.
Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran. Di puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selasar dalam bahasa melayu disebut dengan Selaso.

Arah rumah tradisional masyarakat Riau dibangun menghadap ke sungai. Ini karena masyarakat tardisional Riau menggunakan sungai sebagai sarana transportasi. Maka tak heran jika kita akan menemukan banyak perkampungan masyarakat Riau terletak di sepanjang pinggiran sungai Siak, Mandau, Siak Kecil dan pada anak sungai di pedalam lainnya.
Corak Rumah Adat

Rumah adat ini dihiasi dengan corak dasar Melayu Riau yang umumnya bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda angkasa. Corak yang terbanyak dipakai adalah yang bersumber pada tumbuh-tumbuhan (flora). Kalau dilihat sejak jaman dahulu, corak gaya arsitektur bangunan dan seni ukir masyarakat Riau sangat kuat dipengaruhi oleh corak Hindu-Budha. Peralihan gaya pada corak ini karena pada umumnya masyarakat Riau telah beragama Islam. Sehingga corak hewan (fauna) dikhawatirkan menjurus pada hal-hal yang berbau berhala. Kelahiran tulisan melayu (aksara arab) dan corak seni ukir flora masyarakat Melayu Riau dahulu dilatarbelakangi oleh perkembangan Agama Islam mulai dari jaman kerajaan Malaka.

Corak hewan yang digunakan umumnya yang mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan dengan mitos atau kepercayaan setempat. Corak semut beriring bermakna sifat semut yang rukun dan tolong-menolong. Corak lebah, disebut lebah bergantung, bermakna sifat lebah yang selalu memakan yang bersih, kemudian mengeluarkannya untuk dimanfaatkan orang ramai (madu). Corak naga berkaitan dengan mitos tentang keperkasaan naga sebagai penguasa lautan dan sebagainya. Selain itu, benda-benda angkasa seperti bulan, bintang, matahari, dan awan dijadikan corak karena mengandung nilai falsafah tertentu pula.

Selain itu ada pula corak yang bersumber dari bentuk-bentuk tertentu seperti wajik (Belah ketupat), lingkaran, kubus, segi, dan lain-lain. Di samping itu, ada juga corak kaligrafi yang diambil dari kitab Alquran.

Makna Hiasan


Selembayung
Selembayung disebut juga  selo bayung  dan tanduk buang adalah hiasan yang terletak bersilangan pada kedua ujung perabung bangunan. Setiap pertemuan sudut atap bangunan rumah adat ini di beri selembayung yang terbuat dari ukiran kayu.

Lambai lambai

Lambai-lambai adalah hiasan pada bagian atas pintu dan jendelah, melambangkan sikap ramah tamah.

Klik-klik

Hiasan Klik klik disebut kisi-kisi dan jerajak pada jendelah dan pagar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar